Senin, 08 September 2014

BAB II PROPOSAL PIJAT OKSITOSIN DIV KEBIDANAN



Description: I:\SKRIPSI\yahoed.jpg
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Air Susu Ibu (ASI)
1.      Pengertian ASI
 ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003, hlm. 81).
ASI adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya, 2007, hlm. 29).
2.      Komposisi ASI
a.       Mengandung zat gizi (nutrien)
Menurut Dewi (2011, hlm. 37), ASI mengandung zat yang sangat dibutuhkan bayi, yang terdiri dari:
1)        Lemak
Lemak merupakan sumber kalori (energi) utama dalam ASI dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50%. Lemak ASI juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena sudah berbentuk emulsi. Lemak ASI terdiri dan trigliserida (98-99%). Enzim lipase yang terdapat dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurangi trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, yaitu docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidnoic acid (AA). Selain itu juga mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
2)        Karbohidrat
Karbohidrat utama (kadarnya paling tinggi) dalam ASI adalah lactose yang mempertinggi penyerapan kalsium yang dibutuhkan bayi.
3)        Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey= 60 : 40. Selain itu, protein ASI mempunyai kandungan alfa-laktabumin, asam amino esensial taurin yang tinggi, serta kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk  sintesis protein pada ASI yang tinggi.
4)        Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi umum.
5)        Air
Sekitar 88% ASI terdiri atas ASI yang berguna melarutkan sat-sat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi.
6)        Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam penthpthenik lebih kurang.
a)   Vitamin A; air susu manusia yang sudah masak (dewasa) mengandung 280 IU, vitamin A dan kolostrum mengandung 2 kali itu.
b)   Vitamin D; vitamin D larut dalam air dan lemak terdapat dalam ASI
c)   Vitamin E; kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide.
d)  Vitamin K; diperlukan untuk sintesis faktor pembekuan darah.
e)   Vitamin B kompleks; semua vitamin B pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan.
f)    Vitamin C; vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/ml vitamin C.
b.      Mengandung zat protektif
Perinasia (2009, hlm. 82), mengemukakan bahwa ASI mengandung zat protektif untuk mencegah infeksi yang terdiri dari :
1)        Laktobasilus bifidus
Laktobasilus bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam segingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare. Laktobasilus mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan nitrogen  yang diperlukan untuk pertumbuhan laktobasilus bifidus.
2)        Laktoferin
Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100ml tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu stafilokokus dan E coli yang juga mengeluarkan zat besi untuk pertumbuhannya. Selain menghambat bakteri tersebut, laktoferin dapat pula menghambat pertumbuhan jamur kandida.

3)        Lisozim
Lisozim adalah enzim yang dapat memecah  dinding bakteri dan anti inflamantori, bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E Coli dan salmonela. Konsentarsinya dalam ASI sangat banyak dan merupakan komponen terbesar dalam fraksi whey ASI. Keunikan lisozim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini.
4)        Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini walaupun kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktosis, dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI.
5)        Faktor antistreptokokus
Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman tersebut.
6)        Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik dan radio imunoassay terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin yaitu secretori IgA, IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah IgA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa usus.
3.      Jenis ASI
Menurut Dewi (2011, hlm. 54), ASI dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut:
a.    Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolostrum, yang mengandung campuran kaya akan protein, mineral, dan antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada sekitar hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berubah selanjutnya menjadi ASI yang matang. ASI yang matang sekitar 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui  maka proses adanya ASI akan meningkat. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA, dan Igm), yang digunakan sebagi zat antibodi untuk menceah dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurun, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi.
b.    ASI transisi atau peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10. Selam 2 minggu, volume ASI bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c.    ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih, kandungannya ASI relatif konstan. ASI yang mengalir pertama kali atau saat 5 menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. Selanjunya ASI berbah menjadi hindmilk yang kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Tabel 2.1 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur
No
Kandungan
Kolostrum
ASI transisi
ASI matur
1.
Energi (kgkal)
57,0
63,0
65,0
2.
Laktosa (gr/100ml)
6,5
6,7
7,0
3.
Lemak
2,9
3,6
3,8
4.
Protein
1,195
0,965
1,324
5.
Mineral
0,3
0,3
0,3
Imunoglobulin:
1.
IgA
335,9
-
119,6
2.
IgG
5,9
-
2,9
3.
IgM
17,1
-
2,9
4.
Lisosin
14,2-16,4
-
24,3-27,5
5.
Laktoferin
420-520
-
250-270
Sumber; Dewi (2011, hlm. 62)

4.      Jumlah Produksi ASI
Air susu ibu diproduksi dalam ‘alveolli’, pada bagian awal saluran kecil air susu. Jaringan di sekeliling saluran-saluran air susu dan alveoli terdiri dari jaringan lemak, jaringan pengikat tersebut menentukan ukuran payudara. Selama masa kehamilan, payudara membesar dua sampai tiga kali ukuran normalnya, dan saluran-saluran air susu serta alveoli dipersiapkan untuk masa laktasi.
Pada proses laktasi tedapat 2 refleks yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting karena isapan bayi.
a.    Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron menjadi berkurang. isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus malalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung. Produksi hormon prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti anastesi, operasi, stress atau pengaruh psikis, hubungan seks, rangsangan puting susu. Sedangkan keadaan yang menghambat pengeluaran hormon prolaktin adalah gizi ibu yang jelek serta penggunaan obat-obatan (KB).
b.    Refleks aliran (let down refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontaraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor yang meningkatkan let down refleks adalah; melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Sedangkan faktor yang menghambat refleks let down adalah keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.
ASI dihasilkan oleh kerja gabungan hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang akan menyiapkan jaringan kelenjar (alveolli) untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks, yaitu refleks prolaktin dan reffleks oksitosin yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat dan dalam jumlah yang tepat. Pemahaman yang tepat mengenai refleks ini dapat menerangkan mengapa dan bagaimana seorang ibu dapat memproduksi ASI.
Hormon prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisa depan yang berada di dasar otak. Prolaktin merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Sedangkan rangsangan pengeluaran prolaktin ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (sinus lactiferus). Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara, makin banyak ASI yang diproduksi.
Sebaliknya apabila bayi berhenti menghidap atau sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti memproduksi ASI. Sehingga apabila seorang ibu ingin menambah produksi ASI-nya, cara yang terbaik adalah dengan merangsang bayi untuk menghisap lebih lama dan lebih sering. Harus tetap dipahami, bahwa semakin sering ibu menyusui bayinya, akan semakin banyak produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, makin berkurang jumlah produksi ASI-nya (Roesli, 2007, hlm. 45).
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang kelenjar hipotesa yang terdapat didasar otak. Sama halnya dengan hormon prolaktin, hormon ini diproduksi bila ujung saraf sekitar payudara di rangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju payudara, membuat otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin.
Kejadian ini disebut refleks pengeluaran ASI (let down reflex). Reaksi bekerjanya hormon oksitosin dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir dari pabrik susu (alveolli) ke gudang susu (ductus latiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup apabila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja, akan tetapi harus dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan menghambat produksi ASI (Roesli, 2007: 48).
Air Susu Ibu sebaiknya diberikan segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari, masih berupa kolustrum. Banyaknya kolustrum yang disekresikan setiap hari berkisar antara 10-100 cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru keluar setelah hari kelima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi hingga seluruh puting dan areola “tergenggam” oleh mulut bayi.
Tugas mengalirkan susu jangan dibebankan pada satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah ini, jika memang terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai produsen ASI. Karena itu, kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing sekitar 7-10 menit. Selesai menyusui, payudara dibersihkan dengan air bersih dan dibiarkan kering dalam udara selama 15 menit.
Jumlah ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama 750 cc sehari. Sekresi pada hari pertama hanya terkumpul sebanyak 50 cc yang kemudian meningkat menjadi 500, 650 dan 750 cc, masing-masing pada hari V, bulan I dan III. Volume ASI pada 6 bulan berikutnya menyusut menjadi 600 cc. Banyak anggapan bahwa ibu dengan status gizi kurang akan tetap mampu menyusui bayinya sama dengan ibu yang status gizi normal, walaupun sebenarnya komposisi ASI tetap sama tetapi volume ASI yang dikeluarkan ibu status gizi kurang dengan status gizi normal berbeda. Kategori untuk pembagian jumlah produksi ASI menurut (Jellife & Jellife, 2006: 112) menyebutkan bahwa rata-rata volume ASI wanita berstatus gizi baik sekitar 700-800 cc/hari, sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya berkisar 500-600 cc/hari sehingga hal inilah yang dapat menyebabkan lamanya memberikan ASI Ekslusif berbeda.
Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009, hlm. 86). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar.  Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI.
5.      Pengeluaran ASI
Apabila bayi disusui maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengarui oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
6.      Mekanisme Menyusui
Proverawati (2009, hlm. 71), mengemukakan bahwa bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
a.       Refleks mencari (rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel dan diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut.
b.      Refleks mengisap (sucking refleks)
Refleks ini timbul apabila bagian kanker limfomamaligna (kanker kelenjar). Komponen gizi ASI paling lengkap termasuk protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan zat penting lain yang belum terungkap sehingga kecukupan gizi bayi tercapai. ASI adalah cairan hidup yang mampu diserap dan digunakan tubuh bayi secara cepat, sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi akan berlangsung normal, sesuai tahap pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat ini tetap diperoleh meski status gizi ibu kurang. Pemberian ASI membantu perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara atas (palatum) mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
c.       Refleks menelan (swallowing refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka akan timbul mekanisme menelan masuk ke lambung.
7.      Manfaat Pemberian ASI/Menyusui
Menurut Ambarwati (2010, hlm. 27), pemberian ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi saja tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara.


a.       Manfaat pemberian ASI untuk bayi
a.       Kesehatan
Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap ampuh di segala zaman. Karenanya bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI. ASI juga mampu mencegah terjadinya
Manfaat ASI untuk kesehatan lainnya adalah bayi terhindar dari alergi, mengurangi kejadian karies dentist dan kejadian malokulasi yang disebabkan oleh pemberian susu formula.
b.      Kecerdasan
Dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA) terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk mielinisasi otak yaitu proses pematangan otak agar dapat berfungsi optimal. Selain itu pada saat dilakukan pemberian ASI terjadi proses stimulasi yang merangsang terjalinnya jaringan saraf dengan lebih banyak.
c.       Emosi
Saat menyusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Ini akan merangsang terbentuknya EI (Emotional Intelegence). Selain itu ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi.
b.      Manfaat pemberian ASI untuk ibu
1)        Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang pembentukan oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah daripada ibu ynag tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang memberikan ASI secara eksklusif.
2)        Aspek kontrasepsi
Isapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterisor hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
3)        Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui secara eksklusif tenyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapakan sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Pada saat menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan segera kamebali seperti sebelum hamil.
4)        Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh sesama manusia.
c.       Manfaat pemberian ASI untuk keluarga
1)        Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga uang yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebh jarang sakit sehingga mengurang biaya berobat.
2)        Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3)        Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air, botol, susu formula dan sebagainya.


d.      Manfaat pemberian ASI untuk negara
1)        Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.
Adanya faktor protektif dan nutrien dalam ASI menjamin status gizi bayi baik sehingga kesakitan dan kematian anak menurun.
2)        Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3)        Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang sakit dibanding anak yang mendapat susu formula.
4)        Peningkatan kualitas penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI akan bertumbuh dan berkembang optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.
8.      Teknik Pemberian ASI
Pengertian teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar (Dewi, 2011, hlm. 59).
a.       Posisi dan perlekatan menyusui
Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
         
  Gambar 2.1                                          Gambar 2.2 
    Posisi Menyusui Sambil Berdiri            Posisi Menyusui Sambil Duduk
                 
Gambar 2.3
Posisi Menyusui Sambil Rebahan

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakan disamping kepala ibu dengan posisi kaki  diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Gambar 2.4
Posisi Menyusui Bayi Pada Kondis Normal
Gambar 2.5
Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir Yang Benar di Ruang Perawatan
Gambar2. 6.
Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir Yang Benar di Rumah.

Gambar2. 7
Posisi Menyusui Bayi Bila ASI Penuh                
Gambar 2.8    
Posisi Menyusui Bayi Kembar Secara Bersamaan




b.      Langkah menyusui
Menurut Dewi (2011, hlm. 72), beberapa langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
1)   Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk atau berbaring dengan santai.
2)   Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur/kursi. Ibu harus merasa rileks.
3)   Lengan ibu menopang kepala, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus.
Gambar 2.9.
Cara Meletakan Bayi

4)   Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu; membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puting susu.
5)   Ibu menyentuhkan bibir bayi ke puting susunya menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf C. Semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan areola.
                                    
               Gambar 2.10                                          Gambar  2.11
 Cara Memegang Payudara                  Cara Merangsang mulut bayi 
                                                                  
6)   Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
Gambar 2.12
Perlekatan Bayi Pada Puting Susu

7)   Jika bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara.
8)   Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk punggung bayi.
c.       Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Proverawati (2009, hlm. 67), mengemukakan bahwa menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda sebagai berikut:
1)        Bayi tampak tenang
2)        Badan bayi menempel pada perut ibu
3)        Mulut bayi terbuka lebar
4)        Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5)        Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk
6)        Hidung bayi mendekati dan seringkali menyentuh payudara ibu
7)        Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting susu saja)  lingkar areola atas terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan lingkar areola bawah
8)        Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah
9)        Bibir bayi melengkung keluar
10)    Bayi tempak menghisap kuat dengan irama perlahan
11)    Puting susu tidak terasa nyeri
12)    Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
13)    Kepala bayi agak menengadah
14)    Bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat
d.      Lama dan frekuensi menyusui
Menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian (Soetjiningsih, 2002, hlm. 21).
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan akan memicu produksi ASI sebagai hasil dari efek prolaktin (Soetjiningsih, 2002, hlm. 35).
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan.
9.      Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI
a.       Perubahan sosial budaya
1)      Ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya
2)      Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol
3)      Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
b.      Faktor psikologis
1)      Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
2)      Tekanan batin
c.       Faktor fisik Ibu
Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya
d.      Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
e.       Meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI
f.       Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu formula.
(Soetjiningsih, 2002, hlm. 53)
10.  Tanda Bayi Cukup ASI
Menurut Dewi (2011, hlm. 32), bayi usia 0-6 bulan, dapat dinilai mandapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai berikut:
a.         Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b.         Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih mudah pada hari ke 5 setelah lahir.
c.         Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali  sehari
d.        Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
e.         Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis
f.          Warna bayi merah, dan kulit terasa kenyal
g.         Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan
h.         Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya)
i.           Bayi kelihatan puas, sewaktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup
j.           Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas.
11.  Petunjuk Untuk Mengetahui Produksi ASI
Menurut Inung (2009, hlm. 21), untuk mengetahui produksi ASI, kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak yaitu:
a.       ASI keluar sejak hari pertama pasca persalinan
b.      ASI keluar memancar saat hari pertama pasca persalinan
c.       Tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu memeres dari payudara lain yang sedang tidak diisap bayi.
d.      ASI yang banyak dapat merembes melalui puting susu
e.       Bayi menghisap dan menelan pada payudara secara terus menerus
f.       Sebelum disusukan payudara terasa tegang dan setelah disusukan payudara terasa lunak.


12.  Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Menurut Dewi (2011, hlm. 41), ibu yang normal akan menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a.       Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral, yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari. Bahan makanan yang dibatasai untuk ibu menyusui:
1)        Yang merangsang seperti cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
2)        Yang membuat kembung seperti ubi, singkong, kool sawi dan daun bawang
3)        Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
b.      Ketenangan jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
c.       Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi khususnya yang mengandung estrogen dan progesteron berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak terhadap  produksi ASI.
d.      Perawatan payudara
Perawatan payudara yang dimulai dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka puting susu tidak akan lecet sewaktu dihisap bayi.
e.       Faktor aktivitas/istirahat
Kondisi kelelahan akibat aktivitas serta kondisi kurang istirahat akan memberikan efek kelemahan pada sistem yang terkait dalam proses laktasi dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang.
f.       Faktor isapan anak
Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelanjar susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna, frekuensi menyusui yang jarang serta puting susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin akan terus menurun dan produksi ASI terganggu.
g.      Berat lahir bayi dan usia kehamilan saat persalinan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 36 minggu), dan dengan berat badan yang kurang, sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur atau yang lahir dengan berat badan normal (> 2.500 gr). Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
h.      Konsumsi alkohol dan rokok
Merokok dan konsumsi alkohol dapat mengurangi produksi ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
B.     Pijat ASI
1.      Pengertian Pijat ASI
Pijat ASI merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat ASI adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009, hlm. 92).
Pijat ASI yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan ketidaklancaran produksi ASI adalah pijat oksitosin. Pijat oksitosin, bisa dibantu pijat oleh ayah atau nenek bayi. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down. Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007, hlm. 42).
2.      Langkah-Langkah melakukan Pijat ASI teknik Oksitosin
Langkah-langkah melakukan pijat ASI dengan metode oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007, hlm. 44):
b.      Melepaskan baju ibu bagian atas.
c.       Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal, namun ada dua posisi alternatif, yaitu: boleh telungkup di meja seperti ini
Gambar 2.13
Telungkup di Atas Meja
Gambar 2.14
Telungkup di Sandaran Kursi

d.      Memasang handuk.
e.      Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil.
f.        Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan. Area tulang belakang leher, cari daerah dengan tulang yang paling menonjol, namanya processus spinosus/cervical vertebrae 7.
Gambar 2.15
Processus Spinosus/Cervical Vertebrae 7

g.      Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.
Gambar 2.16
Membentuk Gerakan-Gerakan Melingkar Kecil-Kecil
dengan Kedua Ibu Jari

h.      Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3 menit.
Gambar 2.17
Memijat Kedua Sisi Tulang Belakang Ke arah Bawah

i.        Mengulangi pemijatan hingga 3 kali.
j.        Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.
C.    Perawatan Payudara (Breast Care)
1.      Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan yang dilakukan pada ibu nifas untuk memperlancar ASI dan untuk menghindari kesulitan pada proses menyusui (Suharmi, 2010). Payudara adalah perlengkapan organ reproduksi wanita dan pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari air susu ibu (ASI) sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Pada masa kehamilan terjadi perubahan pada payudara dimana ukuran payudara bertambah besar (Departemen Kesehatan RI, 2005, hlm. 76).
Payudara adalah kelenjar yang terdapat di bawah kulit, di atas otot dada, yang fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi (DepKes RI, 2006, hlm. 81).
Untuk meningkatkan produksi ASI yang lebih baik, maka dibutuhkan waktu minimal 5 menit dalam 1 hari. (Saryono, 2008, hlm. 29)
a.       Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi
b.      Meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan
c.       Mencegah bendungan ASI atau pembengkakan payudara
d.      Melenturkan dan menguatkan puting
e.       Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha untuk mengatasinya (Saryono, 2008, hlm. 31).

2.      Langkah-langkah perawatan payudara
a.       Alat-alat yang digunakan
                                    1)            Minyak kelapa atau baby oil
                                    2)            Handuk bersih dan kering, waslap
                                    3)            Dua buah kom sedang
a)      Satu buah kom berisi air hangat
b)      Satu buah kom berisi air dingin
                                    4)            Satu buah kom besar
                                    5)            Kapas dalam tempatnya
b.Penatalaksanaan


lala5,lala7,lala2,lala15,lala
 















Gambar 2.18. Penatalaksanaan Perawatan Payudara





Penatalaksanaan  perawatan payudara adalah:
1.      Memasang sampiran/menjaga privacy
2.      Perawat mencuci tangan.
3.      Memasang handuk di bagian perut bawah dan di bahu sambil melepas pakaian atas (handuk dipasang).
4.      Mengompres kedua putting dengan kapas yang dibasahi baby oil.
5.      Mengangkat kapas sambil membersihkan putting dengan gerakan memutar dari dalam keluar.
6.      Kemudian dengan kapas baby oil yang baru, membersihkan daerah tengah putting dari sentral keluar (bila putting invertet, dilakukan penarikan).
7.      Membasahi kedua telapak tangan dengan baby oil dan melakukan pengurutan pertama dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan ke atas, ke samping, ke bawah, ke depan sambil menghentakan payudara, pengurutan dilakukan sebanyak 20-30 kali .
8.      Pengurutan kedua. Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan pengurutan dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20-30 kali. Lakukan pada kedua payudara kanan-kiri.
9.      Pengurutan ketiga dengan menggunakan sendi-sendi jari. Posisi tangan mengepal. Tangan kiri menopang payudara dan tangan kanan melakukan pengurutan dari pangkal ke arah putting. Dilakukan sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara.
10.  Meletakkan baskom dibawah payudara dan menggunakan waslap yang dibasahi air hangat. Mengguyur payudara sebanyak kurang lebih 5 kali. Kemudian di lap dengan waslap tersebut, dan bergantian dengan air dingin. Masing-masing 5 kali guyuran (diakhiri dengan air hangat).
11.  Mengeringkan payudara dengan handuk yang di pasang di bahu
12.  Memakai BH yang dapat menyokong payudara (Saryono, 2008, hlm. 33).
c.       Manfaat
Manfaat perawatan payudara secara teratur antara lain:
1)      Untuk menjaga keindahannya
2)   Untuk mendeteksi adanya abnormalitas pada payudara
3)   Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu
4)   Melancarkan refleks pengeluaran ASI sehingga produksi ASI banyak dan lancar
5)   Cara efektif untuk meningkatkan volume ASI
6)   Mencegah terjadinya bendungan ASI (Saryono, 2008, hlm. 37).
D.    Pengaruh Pijat Asi terhadap Jumlah Asi pada Ibu Menyusui
Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara  reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli (Soetjiningsih, 2004, hlm. 32), oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu postpartum.
Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (WBW, 2007, hlm. 39).
Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton, 2007, hlm. 45).
Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009, hlm. 86). Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar.  Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit, lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau memerah ASI (Kaltimpos.co.id). Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik, sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi 3-5 menit.
Hasil penelitian Siti Nur Endah dan Imas Masdinarsah (2011) menunjukkan bahwa pengeluaran kolostrum kelompok perlakuan rata–rata 5,8 jam, sedangkan lama waktu kelompok kontrol adalah rata–rata 5,89 jam. Jumlah kolostrum yang dikeluarkan kelompok perlakuan rata–rata 5,333 cc  sedangkan kelompok kontrol adalah rata–rata 0,0289 cc. Pijat oksitosin berpengaruh terhadap jumlah produksi kolostrum dengan Pvalue 0,009, dan pijat oksitosin tidak berpengaruh terhadap lama waktu pengeluaran kolostrum ibu post partum dengan Pvalue 0,939.









E.    
Pijat ASI
 
Kerangka Teori








 













Gambar 2.19
Kerangka Teori
(Sumber: Soetjiningsih, 2004; Guyton, 2007; Yohmi & Roesli, 2009)















F.     Kerangka Konsep
Pijat ASI
 
         Variabel Indpenden                                 Variabel Dependen


 






Gambar 2.20
Kerangka Konsep





G.    Hipotesis
Berdasarkan landasan teori di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha  :    “Ada pengaruh pijat ASI terhadap jumlah ASI pada ibu menyusui di Posyandu Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo”




1 komentar: