BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Air Susu Ibu (ASI)
1. Pengertian
ASI
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi
seluruh unsur kebutuhan bayi fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti
inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin,
2003, hlm. 81).
ASI adalah sebuah cairan tanpa
tanding ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam
melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat gizi dalam air susu ibu
berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi
tubuh bayi yang masih muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel otak dan perkembangan sistem saraf
(Yahya, 2007, hlm. 29).
2. Komposisi
ASI
a. Mengandung
zat gizi (nutrien)
Menurut Dewi (2011, hlm. 37), ASI
mengandung zat yang sangat dibutuhkan bayi, yang terdiri dari:
1)
Lemak
Lemak merupakan sumber kalori
(energi) utama dalam ASI dengan kadar yang cukup tinggi, yaitu sebesar 50%.
Lemak ASI juga merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi, tetapi mudah
diserap oleh bayi karena sudah berbentuk emulsi.
Lemak ASI terdiri dan trigliserida
(98-99%). Enzim lipase yang terdapat
dalam sistem pencernaan bayi dan ASI akan mengurangi trigliserida menjadi gliserol
dan asam lemak. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, yaitu docosahexaenoic acid (DHA) dan arachidnoic
acid (AA). Selain itu juga mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
2)
Karbohidrat
Karbohidrat utama (kadarnya paling
tinggi) dalam ASI adalah lactose yang
mempertinggi penyerapan kalsium yang dibutuhkan bayi.
3)
Protein
Keistimewaan protein dalam ASI
dapat dilihat dari rasio protein whey=
60 : 40. Selain itu, protein ASI mempunyai kandungan alfa-laktabumin, asam amino
esensial taurin yang tinggi, serta kadar poliamin dan nukleotid
yang penting untuk sintesis protein pada
ASI yang tinggi.
4)
Mineral
ASI mengandung mineral lengkap.
Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil,
tidak terpengaruh diet ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat.
Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang
berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi umum.
5)
Air
Sekitar 88% ASI terdiri atas ASI
yang berguna melarutkan sat-sat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat
meredakan rangsangan haus dari bayi.
6)
Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah
lengkap, vitamin A, D dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflafin dan asam penthpthenik lebih kurang.
a)
Vitamin A; air susu
manusia yang sudah masak (dewasa) mengandung 280 IU, vitamin A dan kolostrum
mengandung 2 kali itu.
b)
Vitamin D; vitamin D larut
dalam air dan lemak terdapat dalam ASI
c)
Vitamin E; kolostrum
manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga
membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide.
d) Vitamin
K; diperlukan untuk sintesis faktor pembekuan darah.
e)
Vitamin B kompleks;
semua vitamin B pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang
diperlukan.
f)
Vitamin C; vitamin C
sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/ml vitamin C.
b. Mengandung
zat protektif
Perinasia (2009, hlm. 82),
mengemukakan bahwa ASI mengandung zat protektif untuk mencegah infeksi yang
terdiri dari :
1)
Laktobasilus
bifidus
Laktobasilus
bifidus berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini
menjadikan saluran pencernaan bersifat asam segingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E.Coli
yang sering menyebabkan diare. Laktobasilus
mudah tumbuh cepat dalam usus bayi yang mendapat ASI, karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan dengan
nitrogen yang diperlukan untuk
pertumbuhan laktobasilus bifidus.
2)
Laktoferin
Laktoferin
adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Konsentrasinya dalam ASI sebesar
100 mg/100ml tertinggi diantara semua cairan biologis. Dengan mengikat zat
besi, maka laktoferin bermanfaat
untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu stafilokokus dan E coli
yang juga mengeluarkan zat besi untuk pertumbuhannya. Selain menghambat bakteri
tersebut, laktoferin dapat pula
menghambat pertumbuhan jamur kandida.
3)
Lisozim
Lisozim
adalah enzim yang dapat memecah dinding
bakteri dan anti inflamantori,
bekerja sama dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang E Coli dan salmonela. Konsentarsinya dalam ASI sangat banyak dan merupakan
komponen terbesar dalam fraksi whey ASI.
Keunikan lisozim lainnya adalah bila
faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan
pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan
bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim
merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan
penyakit diare pada periode ini.
4)
Komplemen C3 dan C4
Kedua komplemen ini walaupun
kadarnya dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktosis, dan kemotaktik yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga
terdapat dalam ASI.
5)
Faktor antistreptokokus
Dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi bayi
terhadap infeksi kuman tersebut.
6)
Antibodi
Secara elektroforetik, kromatografik
dan radio imunoassay terbukti bahwa
ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin
yaitu secretori IgA, IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah IgA. Antibodi dalam
ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam
dan enzim proteolitik saluran
pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa usus.
3. Jenis
ASI
Menurut Dewi (2011, hlm. 54), ASI
dibedakan dalam 3 stadium yaitu sebagai berikut:
a. Kolostrum
Cairan pertama yang diperoleh bayi
pada ibunya adalah kolostrum, yang mengandung campuran kaya akan protein,
mineral, dan antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada sekitar
hari ke 3 atau hari ke 4. Kolostrum berubah selanjutnya menjadi ASI yang
matang. ASI yang matang sekitar 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui
sesudah bayi lahir dan bayi sering menyusui
maka proses adanya ASI akan meningkat. Kolostrum merupakan cairan dengan
viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam,
vitamin A, nitrogen, sel darah putih, dan antibodi yang tinggi dari pada ASI
matur. Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein
utama pada kolostrum adalah imunoglobulin
(IgG, IgA, dan Igm), yang digunakan sebagi zat antibodi untuk menceah dan
menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasit. Meskipun kolostrum yang keluar
sedikit menurun, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati
kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150-300
ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk membersihkan zat yang
tidak terpakai dari usus bayi.
b. ASI
transisi atau peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang
keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4
sampai hari ke 10. Selam 2 minggu, volume ASI bertambah banyak dan berubah
warna, serta komposisinya. Kadar imunoglobulin
dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
c. ASI
matur
ASI matur disekresi pada hari ke 10
dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih, kandungannya ASI relatif
konstan. ASI yang mengalir pertama kali atau saat 5 menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta
mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan
air. Selanjunya ASI berbah menjadi hindmilk
yang kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk
membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
Tabel 2.1 Kandungan Kolostrum, ASI Transisi dan
ASI Matur
No
|
Kandungan
|
Kolostrum
|
ASI
transisi
|
ASI matur
|
1.
|
Energi (kgkal)
|
57,0
|
63,0
|
65,0
|
2.
|
Laktosa (gr/100ml)
|
6,5
|
6,7
|
7,0
|
3.
|
Lemak
|
2,9
|
3,6
|
3,8
|
4.
|
Protein
|
1,195
|
0,965
|
1,324
|
5.
|
Mineral
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
Imunoglobulin:
|
||||
1.
|
IgA
|
335,9
|
-
|
119,6
|
2.
|
IgG
|
5,9
|
-
|
2,9
|
3.
|
IgM
|
17,1
|
-
|
2,9
|
4.
|
Lisosin
|
14,2-16,4
|
-
|
24,3-27,5
|
5.
|
Laktoferin
|
420-520
|
-
|
250-270
|
Sumber; Dewi (2011, hlm. 62)
4. Jumlah
Produksi ASI
Air susu ibu diproduksi
dalam ‘alveolli’, pada bagian awal saluran kecil air susu. Jaringan di
sekeliling saluran-saluran air susu dan alveoli terdiri dari jaringan lemak,
jaringan pengikat tersebut menentukan ukuran payudara. Selama masa kehamilan,
payudara membesar dua sampai tiga kali ukuran normalnya, dan saluran-saluran
air susu serta alveoli dipersiapkan untuk masa laktasi.
Pada proses laktasi tedapat 2
refleks yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul
akibat perangsangan puting karena isapan bayi.
a.
Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron
menjadi berkurang. isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara,
karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Isapan
bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung saraf
sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus malalui medulla spinalis hipotalamus dan akan
menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu
sekresi prolaktin. Faktor pemacu
sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon
ini merangsang sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin
pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran ASI tetap berlangsung. Produksi hormon prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti anastesi, operasi, stress atau pengaruh psikis, hubungan seks,
rangsangan puting susu. Sedangkan keadaan yang menghambat pengeluaran hormon prolaktin adalah gizi ibu yang jelek serta
penggunaan obat-obatan (KB).
b.
Refleks aliran (let down refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi
dilanjutkan ke hipofise posterior
yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus
sehingga menimbulkan kontraksi. Kontaraksi dari sel akan memeras air susu yang
telah terbuat keluar dari alveoli dan
masuk ke sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor yang meningkatkan let down refleks adalah; melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Sedangkan faktor yang menghambat refleks
let down adalah keadaan bingung/pikiran kacau, takut dan cemas.
ASI dihasilkan oleh kerja gabungan
hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadi perubahan pada hormon yang akan
menyiapkan jaringan kelenjar (alveolli) untuk memproduksi ASI. Pada waktu bayi
mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks, yaitu refleks prolaktin dan
reffleks oksitosin yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat dan dalam jumlah
yang tepat. Pemahaman yang tepat mengenai refleks ini dapat menerangkan mengapa
dan bagaimana seorang ibu dapat memproduksi ASI.
Hormon prolaktin dihasilkan oleh
kelenjar hipofisa depan yang berada di dasar otak. Prolaktin merangsang
kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Sedangkan rangsangan pengeluaran prolaktin
ini adalah pengosongan ASI dari gudang ASI (sinus lactiferus). Makin
banyak ASI yang dikeluarkan dari payudara, makin banyak ASI yang diproduksi.
Sebaliknya apabila bayi berhenti
menghidap atau sama sekali tidak memulainya, maka payudara akan berhenti
memproduksi ASI. Sehingga apabila seorang ibu ingin menambah produksi ASI-nya,
cara yang terbaik adalah dengan merangsang bayi untuk menghisap lebih lama dan
lebih sering. Harus tetap dipahami, bahwa semakin sering ibu menyusui bayinya,
akan semakin banyak produksi ASI-nya. Semakin jarang ibu menyusui, makin
berkurang jumlah produksi ASI-nya (Roesli, 2007, hlm. 45).
Hormon oksitosin berasal dari
bagian belakang kelenjar hipotesa yang terdapat didasar otak. Sama halnya
dengan hormon prolaktin, hormon ini diproduksi bila ujung saraf sekitar
payudara di rangsang oleh isapan bayi. Oksitosin masuk ke dalam darah menuju
payudara, membuat otot-otot payudara mengerut dan disebut hormon oksitosin.
Kejadian ini disebut refleks
pengeluaran ASI (let down reflex). Reaksi bekerjanya hormon oksitosin
dapat dirasakan pada saat bayi menyusu pada payudara ibu. Kelenjar payudara
akan mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Banyak wanita dapat merasakan
payudaranya terperas saat menyusui, itu menunjukkan bahwa ASI mulai mengalir
dari pabrik susu (alveolli) ke gudang susu (ductus latiferous).
Bayi tidak akan mendapatkan ASI
cukup apabila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja, akan tetapi harus
dibantu oleh refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak
akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup. Refleks
oksitosin lebih rumit dibandingkan refleks prolaktin, karena refleks ini
berhubungan langsung dengan kejiwaan atau sensasi ibu. Perasaan ibu dapat
meningkatkan dan menghambat produksi ASI (Roesli, 2007: 48).
Air Susu Ibu sebaiknya diberikan
segera setelah bayi lahir. Air susu pertama yang bertahan sekitar 4-5 hari,
masih berupa kolustrum. Banyaknya kolustrum yang disekresikan setiap hari
berkisar antara 10-100 cc, dengan rata-rata 30 cc. Air susu sebenarnya baru
keluar setelah hari kelima. Ibu harus menjulurkan payudaranya ke mulut bayi
hingga seluruh puting dan areola “tergenggam” oleh mulut bayi.
Tugas mengalirkan susu jangan
dibebankan pada satu payudara saja. Perlakuan berat sebelah ini, jika memang
terjadi, akan menurunkan fungsi payudara sebagai produsen ASI. Karena itu,
kedua payudara sebaiknya digilir masing-masing sekitar 7-10 menit. Selesai
menyusui, payudara dibersihkan dengan air bersih dan dibiarkan kering dalam
udara selama 15 menit.
Jumlah
ASI yang disekresikan pada 6 bulan pertama 750 cc sehari. Sekresi pada hari
pertama hanya terkumpul sebanyak 50 cc yang kemudian meningkat menjadi 500, 650
dan 750 cc, masing-masing pada hari V, bulan I dan III. Volume ASI pada 6 bulan
berikutnya menyusut menjadi 600 cc. Banyak anggapan bahwa ibu dengan status
gizi kurang akan tetap mampu menyusui bayinya sama dengan ibu yang status gizi
normal, walaupun sebenarnya komposisi ASI tetap sama tetapi volume ASI yang
dikeluarkan ibu status gizi kurang dengan status gizi normal berbeda. Kategori
untuk pembagian jumlah produksi ASI menurut (Jellife & Jellife, 2006: 112)
menyebutkan bahwa rata-rata volume ASI wanita berstatus gizi baik sekitar 700-800 cc/hari, sementara mereka yang
berstatus gizi kurang hanya berkisar 500-600 cc/hari sehingga hal inilah
yang dapat menyebabkan lamanya memberikan ASI Ekslusif berbeda.
Pijat merupakan salah satu solusi
untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009, hlm. 86). Pijatan ini berfungsi
untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga
ASI pun otomatis keluar. Penelitian yang
dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin
dapat meningkatkan produksi ASI.
5. Pengeluaran
ASI
Apabila bayi disusui maka gerakan
menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior sehingga
keluar hormon oksitosin. Hal ini
menyebabkan sel-sel miopitel disekitar alveoli
akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin
selain dipengarui oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris
oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
6. Mekanisme
Menyusui
Proverawati (2009, hlm. 71),
mengemukakan bahwa bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang
diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
a. Refleks
mencari (rooting refleks)
Payudara ibu yang menempel pada
pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks
mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang
menempel dan diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik
masuk ke dalam mulut.
b. Refleks
mengisap (sucking refleks)
Refleks ini timbul apabila bagian
kanker limfomamaligna (kanker
kelenjar). Komponen gizi ASI paling lengkap termasuk protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin dan zat penting lain yang belum terungkap
sehingga kecukupan gizi bayi tercapai. ASI adalah cairan hidup yang mampu
diserap dan digunakan tubuh bayi secara cepat, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan bayi akan berlangsung normal, sesuai tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Manfaat ini tetap diperoleh meski status gizi ibu kurang.
Pemberian ASI membantu perkembangan rahang dan pertumbuhan gigi karena gerakan
menghisap mulut bayi pada payudara atas (palatum)
mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum maka sebagian
besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
c. Refleks
menelan (swallowing refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut
bayi terisi oleh ASI, maka akan timbul mekanisme menelan masuk ke lambung.
7. Manfaat
Pemberian ASI/Menyusui
Menurut Ambarwati (2010, hlm. 27),
pemberian ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi saja tetapi juga untuk ibu,
keluarga dan negara.
a. Manfaat
pemberian ASI untuk bayi
a. Kesehatan
Kandungan antibody yang terdapat dalam ASI tetap ampuh di segala zaman.
Karenanya bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding
yang tidak mendapat ASI. ASI juga mampu mencegah terjadinya
Manfaat ASI untuk kesehatan lainnya
adalah bayi terhindar dari alergi, mengurangi kejadian karies dentist dan kejadian
malokulasi yang disebabkan oleh pemberian susu formula.
b. Kecerdasan
Dalam ASI terkandung docosahexaenoic acid (DHA) terbaik,
selain laktosa yang berfungsi untuk mielinisasi otak yaitu proses pematangan
otak agar dapat berfungsi optimal. Selain itu pada saat dilakukan pemberian ASI
terjadi proses stimulasi yang merangsang terjalinnya jaringan saraf dengan
lebih banyak.
c. Emosi
Saat menyusui, bayi berada dalam
dekapan ibu. Ini akan merangsang terbentuknya EI (Emotional Intelegence). Selain itu ASI merupakan wujud curahan
kasih sayang ibu pada bayi.
b. Manfaat
pemberian ASI untuk ibu
1)
Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan
merangsang pembentukan oksitosin oleh
kelenjar hipofisis. Oksitosin
membantu involusi uterus dan mencegah
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya
perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah daripada ibu
ynag tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh ibu yang memberikan
ASI secara eksklusif.
2)
Aspek kontrasepsi
Isapan mulut bayi pada puting susu
merangsang ujung saraf sensorik sehingga post
anterisor hipofise mengeluarkan prolaktin.
Prolaktin masuk ke indung telur,
menekan produksi estrogen akibatnya
tidak ada ovulasi. Menjarangkan
kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama
6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan
belum terjadi menstruasi kembali.
3)
Aspek penurunan berat
badan
Ibu yang menyusui secara eksklusif
tenyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti
sebelum hamil. Pada saat hamil, badan bertambah berat, selain karena ada janin
juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang
disiapakan sebagai sumber tenaga dalam produksi ASI. Pada saat menyusui tubuh
akan menghasilkan ASI lebih banyak sehingga timbunan lemak yang berfungsi
sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusut,
berat badan ibu akan segera kamebali seperti sebelum hamil.
4)
Aspek psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya
bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan
diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh sesama manusia.
c. Manfaat
pemberian ASI untuk keluarga
1)
Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga
uang yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk
keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang
mendapat ASI lebh jarang sakit sehingga mengurang biaya berobat.
2)
Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah
karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
3)
Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat
diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu menyiapkan air,
botol, susu formula dan sebagainya.
d. Manfaat
pemberian ASI untuk negara
1)
Menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi.
Adanya faktor protektif dan nutrien
dalam ASI menjamin status gizi bayi baik sehingga kesakitan dan kematian anak
menurun.
2)
Menghemat devisa negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan
nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar
Rp 8,6 miliar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3)
Mengurangi subsidi
untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit
berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi,
mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan
anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang sakit dibanding anak yang
mendapat susu formula.
4)
Peningkatan kualitas
penerus bangsa
Anak yang mendapat ASI akan
bertumbuh dan berkembang optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan
terjamin.
8. Teknik
Pemberian ASI
Pengertian teknik menyusui yang
benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu
dan bayi yang benar (Dewi, 2011, hlm. 59).
a. Posisi
dan perlekatan menyusui
Hal terpenting dalam posisi
menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam posisi
menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk,
berdiri, atau berbaring.
Gambar 2.1 Gambar 2.2
Posisi Menyusui Sambil Berdiri
Posisi Menyusui Sambil Duduk
Gambar 2.3
Posisi
Menyusui Sambil Rebahan
Ada posisi khusus yang berkaitan
dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakan
disamping kepala ibu dengan posisi kaki
diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola
bila disusui bersamaan, di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh),
bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi,
dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Gambar 2.4
Posisi
Menyusui Bayi Pada Kondis Normal
|
Gambar 2.5
Posisi
Menyusui Bayi Baru Lahir Yang Benar di Ruang Perawatan
|
|
Gambar2.
6.
Posisi
Menyusui Bayi Baru Lahir Yang Benar di Rumah.
|
||
Gambar2. 7
Posisi
Menyusui Bayi Bila ASI Penuh
|
Gambar 2.8
Posisi
Menyusui Bayi Kembar Secara Bersamaan
|
|
b. Langkah
menyusui
Menurut Dewi (2011, hlm. 72),
beberapa langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
1) Cuci
tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar
puting, duduk atau berbaring dengan santai.
2) Ibu
harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur/kursi. Ibu
harus merasa rileks.
3) Lengan
ibu menopang kepala, dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam
garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting
susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut
ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu.
Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung ke
belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis
lurus.
Gambar 2.9.
Cara
Meletakan Bayi
4) Ibu
mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi
yang siap menyusu; membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi harus
berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencondongkan badan dan bayi
tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai puting susu.
5) Ibu
menyentuhkan bibir bayi ke puting susunya menunggu sampai mulut bayi terbuka
lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi
dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan
dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas
payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf C. Semua jari ibu tidak
boleh terlalu dekat dengan areola.
Gambar 2.10 Gambar
2.11
Cara Memegang Payudara Cara Merangsang mulut
bayi
6) Pastikan
bahwa sebagian besar areola masuk ke
dalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian
atas payudara. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
Gambar 2.12
Perlekatan
Bayi Pada Puting Susu
7) Jika
bayi sudah selesai menyusu, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara
memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara.
8) Menyendawakan
bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang
kemudian menepuk punggung bayi.
c. Cara
pengamatan teknik menyusui yang benar
Proverawati (2009, hlm. 67),
mengemukakan bahwa menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan
puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusu dengan benar maka akan memperlihatkan tanda sebagai berikut:
1)
Bayi tampak tenang
2)
Badan bayi menempel
pada perut ibu
3)
Mulut bayi terbuka
lebar
4)
Dagu bayi menempel pada
payudara ibu
5)
Sebagian areola masuk
ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk
6)
Hidung bayi mendekati
dan seringkali menyentuh payudara ibu
7)
Mulut bayi mencakup
sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting susu saja) lingkar areola atas terlihat lebih banyak
bila dibandingkan dengan lingkar areola bawah
8)
Lidah bayi menopang
puting dan areola bagian bawah
9)
Bibir bayi melengkung
keluar
10) Bayi
tempak menghisap kuat dengan irama perlahan
11) Puting
susu tidak terasa nyeri
12) Telinga
dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
13) Kepala
bayi agak menengadah
14) Bayi
menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti
sesaat
d. Lama
dan frekuensi menyusui
Menyusui bayi tidak dijadwal,
sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan,
karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya
bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan atau kedinginan
atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki
pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2
minggu kemudian (Soetjiningsih, 2002, hlm. 21).
Menyusui yang dijadwal akan
berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi
akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar
lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan akan memicu
produksi ASI sebagai hasil dari efek prolaktin (Soetjiningsih, 2002, hlm. 35).
Untuk menjaga keseimbangan besarnya
kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara.
Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar
produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara
yang terakhir disusukan.
9. Faktor
yang mempengaruhi pemberian ASI
a. Perubahan
sosial budaya
1) Ibu
bekerja atau kesibukan sosial lainnya
2) Meniru
teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol
3) Merasa
ketinggalan zaman jika menyusui bayinya
b. Faktor
psikologis
1) Takut
kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita
2) Tekanan
batin
c. Faktor
fisik Ibu
Ibu
sakit, misalnya mastitis, panas dan
sebagainya
d. Faktor
kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan
atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI
e. Meningkatnya
promosi susu formula sebagai pengganti ASI
f. Penerangan
yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan
penggantian ASI dengan susu formula.
(Soetjiningsih, 2002, hlm. 53)
10. Tanda
Bayi Cukup ASI
Menurut Dewi (2011, hlm. 32), bayi
usia 0-6 bulan, dapat dinilai mandapat kecukupan ASI bila mencapai keadaan
sebagai berikut:
a.
Bayi minum ASI tiap 2-3
jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama.
b.
Kotoran berwarna kuning
dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih mudah pada hari ke 5 setelah
lahir.
c.
Bayi akan buang air
kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari
d.
Ibu dapat mendengarkan
pada saat bayi menelan ASI
e.
Payudara terasa lebih
lembek, yang menandakan ASI telah habis
f.
Warna bayi merah, dan
kulit terasa kenyal
g.
Pertumbuhan berat badan
dan tinggi badan bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan
h.
Perkembangan motorik
baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya)
i.
Bayi kelihatan puas,
sewaktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup
j.
Bayi menyusu dengan
kuat (rakus), kemudian melemah dan tertidur pulas.
11. Petunjuk
Untuk Mengetahui Produksi ASI
Menurut Inung (2009, hlm. 21),
untuk mengetahui produksi ASI, kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk
mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak yaitu:
a. ASI
keluar sejak hari pertama pasca persalinan
b. ASI
keluar memancar saat hari pertama pasca persalinan
c. Tetesan
susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan
susu memeres dari payudara lain yang sedang tidak diisap bayi.
d. ASI
yang banyak dapat merembes melalui puting susu
e. Bayi
menghisap dan menelan pada payudara secara terus menerus
f.
Sebelum disusukan
payudara terasa tegang dan setelah disusukan payudara terasa lunak.
12. Faktor
yang mempengaruhi produksi ASI
Menurut Dewi (2011, hlm. 41), ibu
yang normal akan menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI
tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh makanan yang dimakan ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup
mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar
pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk
membentuk produksi ASI yang baik makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori,
protein, lemak, dan vitamin serta mineral, yang cukup selain itu ibu dianjurkan
minum lebih banyak kurang lebih 8-12 gelas per hari. Bahan makanan yang
dibatasai untuk ibu menyusui:
1)
Yang merangsang seperti
cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.
2)
Yang membuat kembung
seperti ubi, singkong, kool sawi dan daun bawang
3)
Bahan makanan yang
banyak mengandung gula dan lemak.
b. Ketenangan
jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang
percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume
ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik
harus dalam keadaan tenang.
c. Penggunaan
alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi
khususnya yang mengandung estrogen
dan progesteron berkaitan dengan
penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka tidak ada dampak
terhadap produksi ASI.
d. Perawatan
payudara
Perawatan payudara yang dimulai
dari kehamilan bulan ke 7-8 memegang peranan penting dalam menyusui bayi.
Payudara yang terawat akan memproduksi ASI yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi dan dengan perawatan payudara yang baik, maka puting susu tidak akan lecet
sewaktu dihisap bayi.
e. Faktor
aktivitas/istirahat
Kondisi kelelahan akibat aktivitas
serta kondisi kurang istirahat akan memberikan efek kelemahan pada sistem yang
terkait dalam proses laktasi dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.
f. Faktor
isapan anak
Isapan mulut bayi akan menstimulus hipotalamus pada bagian hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan rangsangan (rangsangan prolaktin) untuk meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin bekerja pada kelanjar susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna,
frekuensi menyusui yang jarang serta puting susu ibu yang sangat kecil akan
membuat produksi hormon oksitosin dan
hormon prolaktin akan terus menurun
dan produksi ASI terganggu.
g. Berat
lahir bayi dan usia kehamilan saat persalinan
Umur kehamilan dan berat lahir
mempengaruhi produksi ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur
kehamilan kurang dari 36 minggu), dan dengan berat badan yang kurang, sangat
lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih
rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur atau yang lahir dengan berat
badan normal (> 2.500 gr). Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur
dapat disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
h. Konsumsi
alkohol dan rokok
Merokok dan konsumsi alkohol dapat
mengurangi produksi ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin
untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin
akan menghambat pelepasan oksitosin.
B.
Pijat ASI
1.
Pengertian Pijat ASI
Pijat
ASI merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
Pijat ASI adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang
hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009,
hlm. 92).
Pijat
ASI yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan ketidaklancaran produksi
ASI adalah pijat oksitosin. Pijat oksitosin, bisa
dibantu pijat oleh ayah atau nenek bayi. Pijat oksitosin ini
dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down.
Selain untuk merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan
produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007, hlm. 42).
2.
Langkah-Langkah
melakukan Pijat ASI teknik Oksitosin
Langkah-langkah
melakukan pijat ASI dengan metode oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007,
hlm. 44):
b.
Melepaskan baju ibu
bagian atas.
c.
Ibu miring ke kanan
maupun kekiri, lalu memeluk bantal, namun ada dua posisi alternatif, yaitu:
boleh telungkup di meja seperti ini
Gambar
2.13
Telungkup
di Atas Meja
Gambar
2.14
Telungkup
di Sandaran Kursi
d.
Memasang handuk.
e.
Melumuri kedua telapak
tangan dengan minyak atau baby oil.
f.
Memijat sepanjang kedua
sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari
menunjuk ke depan. Area tulang belakang leher,
cari daerah dengan tulang yang paling menonjol, namanya processus
spinosus/cervical vertebrae 7.
Gambar
2.15
Processus
Spinosus/Cervical Vertebrae 7
g.
Menekan kuat-kuat kedua
sisi tulang belakang membentuk gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan
kedua ibu jarinya.
Gambar
2.16
Membentuk
Gerakan-Gerakan Melingkar Kecil-Kecil
dengan
Kedua Ibu Jari
h.
Pada saat bersamaan,
memijat kedua sisi tulang belakang kearah bawah, dari leher kearah tulang
belikat, selama 2-3 menit.
Gambar
2.17
Memijat
Kedua Sisi Tulang Belakang Ke arah Bawah
i.
Mengulangi pemijatan
hingga 3 kali.
j.
Membersihkan punggung
ibu dengan waslap air hangat dan dingin secara bergantian.
C.
Perawatan
Payudara (Breast
Care)
1.
Pengertian
Perawatan Payudara
Perawatan
yang dilakukan pada ibu nifas untuk memperlancar ASI dan untuk menghindari
kesulitan pada proses menyusui (Suharmi,
2010). Payudara adalah perlengkapan
organ reproduksi wanita dan pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari air susu ibu (ASI) sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Pada masa kehamilan terjadi perubahan pada payudara dimana ukuran payudara bertambah
besar (Departemen Kesehatan RI, 2005, hlm. 76).
Payudara adalah kelenjar yang terdapat di bawah kulit, di atas otot
dada, yang fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi
(DepKes RI, 2006, hlm. 81).
Untuk meningkatkan produksi ASI yang lebih baik, maka
dibutuhkan waktu minimal 5 menit dalam 1 hari. (Saryono, 2008,
hlm. 29)
a.
Memelihara
kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi
b.
Meningkatkan
produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan
c.
Mencegah
bendungan ASI atau pembengkakan payudara
d.
Melenturkan
dan menguatkan puting
e.
Mengetahui
secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha untuk mengatasinya (Saryono,
2008, hlm. 31).
2.
Langkah-langkah
perawatan payudara
a.
Alat-alat
yang digunakan
1)
Minyak
kelapa atau baby oil
2)
Handuk
bersih dan kering, waslap
3)
Dua
buah kom sedang
a)
Satu
buah kom berisi air hangat
b)
Satu
buah kom berisi air dingin
4)
Satu
buah kom besar
5)
Kapas
dalam tempatnya
b.Penatalaksanaan
Gambar
2.18. Penatalaksanaan Perawatan Payudara
Penatalaksanaan perawatan payudara adalah:
1.
Memasang
sampiran/menjaga privacy
2.
Perawat mencuci tangan.
3.
Memasang
handuk di bagian perut bawah dan di bahu sambil melepas pakaian atas (handuk
dipasang).
4.
Mengompres
kedua putting dengan kapas yang dibasahi baby oil.
5.
Mengangkat
kapas sambil membersihkan putting dengan gerakan memutar dari dalam keluar.
6.
Kemudian
dengan kapas baby oil yang baru, membersihkan daerah tengah putting dari
sentral keluar (bila putting invertet, dilakukan penarikan).
7.
Membasahi
kedua telapak tangan dengan baby oil dan melakukan pengurutan pertama dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan
gerakan ke atas, ke samping, ke bawah, ke depan sambil menghentakan payudara,
pengurutan dilakukan sebanyak 20-30 kali .
8.
Pengurutan
kedua. Tangan kiri menopang payudara kiri dan tangan kanan melakukan pengurutan
dengan menggunakan sisi kelingking. Dilakukan sebanyak 20-30 kali. Lakukan pada
kedua payudara kanan-kiri.
9.
Pengurutan
ketiga dengan menggunakan sendi-sendi jari. Posisi tangan mengepal. Tangan kiri
menopang payudara dan tangan kanan melakukan pengurutan dari pangkal ke arah
putting. Dilakukan sebanyak 20-30 kali pada tiap payudara.
10.
Meletakkan
baskom dibawah payudara dan menggunakan waslap yang dibasahi air hangat.
Mengguyur payudara sebanyak kurang lebih 5 kali. Kemudian di lap dengan waslap
tersebut, dan bergantian dengan air dingin. Masing-masing 5 kali guyuran
(diakhiri dengan air hangat).
11.
Mengeringkan
payudara dengan handuk yang di pasang di bahu
12.
Memakai
BH yang dapat menyokong payudara (Saryono, 2008, hlm. 33).
c.
Manfaat
Manfaat perawatan
payudara secara teratur antara lain:
1)
Untuk
menjaga keindahannya
2)
Untuk
mendeteksi adanya abnormalitas pada payudara
3)
Menjaga
kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu
4)
Melancarkan
refleks pengeluaran ASI sehingga produksi ASI banyak dan lancar
5)
Cara
efektif untuk meningkatkan volume ASI
6)
Mencegah
terjadinya bendungan ASI (Saryono, 2008,
hlm. 37).
D.
Pengaruh Pijat Asi
terhadap Jumlah Asi pada Ibu Menyusui
Tidak semua ibu postpartum langsung
mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon yang berpengaruh
terhadap pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh
oleh isapan bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem
duktus, bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh
hipofise yang berperan untuk memeras air susu dari alveoli (Soetjiningsih,
2004, hlm. 32), oleh karena itu perlu adanya upaya mengeluarkan ASI untuk
beberapa ibu postpartum.
Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu produksi dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh
hormon prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin.
Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui
isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan
dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks,
meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu
hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar (WBW, 2007, hlm. 39).
Pijatan atau rangsangan pada tulang
belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung
mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk
mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pijatan di daerah tulang belakang ini juga akan merileksasi ketegangan dan
menghilangkan stress dan dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan
membantu pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu
pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal (Guyton, 2007,
hlm. 45).
Pijat merupakan salah satu solusi
untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae
kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009, hlm. 86). Pijatan ini berfungsi
untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga
ASI pun otomatis keluar. Penelitian yang
dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin
dapat meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun ibu
mau dengan durasi 3-5 menit, lebih disarankan dilakukan sebelum menyusui atau
memerah ASI (Kaltimpos.co.id). Sehingga untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal
dan baik, sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi
3-5 menit.
Hasil penelitian Siti Nur Endah dan
Imas Masdinarsah (2011) menunjukkan bahwa pengeluaran kolostrum kelompok
perlakuan rata–rata 5,8 jam, sedangkan lama waktu kelompok kontrol adalah
rata–rata 5,89 jam. Jumlah kolostrum yang dikeluarkan kelompok perlakuan
rata–rata 5,333 cc sedangkan kelompok
kontrol adalah rata–rata 0,0289 cc. Pijat oksitosin berpengaruh terhadap jumlah
produksi kolostrum dengan Pvalue 0,009, dan pijat oksitosin tidak berpengaruh
terhadap lama waktu pengeluaran kolostrum ibu post partum dengan Pvalue 0,939.
E.
|
Gambar
2.19
Kerangka
Teori
(Sumber:
Soetjiningsih, 2004; Guyton, 2007; Yohmi & Roesli, 2009)
F.
Kerangka Konsep
|
Gambar
2.20
Kerangka
Konsep
G.
Hipotesis
Berdasarkan
landasan teori di atas, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Ha : “Ada
pengaruh pijat ASI terhadap jumlah ASI pada ibu menyusui di Posyandu Puskesmas
Kartasura Kabupaten Sukoharjo”
bab 3 dan 4 nya gak ada mba Ni'mah..?
BalasHapus